Menurut WHO/UNICEF Global Strategy for Infant and Young Child Feeding mengatakan, bayi dan anak dibawah usia dua tahun memiliki aspek yang perlu kita perhatikan, terutama dalam kebutuhan tumbuh kembangnya agar mencapai pertumbuhan yang optimal hal yang perlu dilakukan yaitu:
1) Ibu harus memberikan air susu kepada bayi segera dalam 30 menit setelah ibu melahirkan
2) Memberikan ASI secara eksklusif sampai dengan bayi ber umur 6 bulan
3) Ibu harus memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang baik sejak umur 6 bulan sampai dengan 24 bulan (2 Tahun)
4) Ibu harus melanjutkan pemberian ASI sampai dengan anak berumur 2 tahun atau lebih (Depkes, 2006).
Banyak fungsi serta manfaat yang diberikan oleh ASI ekslusif yaitu ASI menurunkan angka kematian pada bayi dan meningkatkan status gizi pada balita. Dengan demikian ASI diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Depkes RI, 2007). UNICEF juga mengungkapkan bahwa kematian 1,3 juta anak dibawah lima tahun dapat dicegah dengan pemberian ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6bulan (Rahmadhanny, 2011).
Adapun beberapa kendala atau penyebab pemberian MP-ASI ini terhambat, salah satunya adalah sumber bahan pangan yang tersedia. Irawati tahun 2004 berpendapat ada beberapa jenis makanan pendamping ASI yang diberikan kepada bayi antara lain biskuit, makanan bayi produk industri, pisang, bubur beras, susu formula dan nasi lumat. Untuk jenis makanan prelakteal yang dapat diberikan kepada bayi yang baru lahir contohnya air putih, air tajin, air gula (gula pasir/gula kelapa/gula aren), susu formula, teh manis, susu non-formula, kelapa, pisang, madu, sari buah, nasi lunak dan bubur. Menurut hasil survei Riskesdas (2010) jenis makanan prelakteal yang diberikan kepada bayi yaitu susu formula sebesar 71,3%, madu sebesar 19,8?n air putih sebesar 14,6%. Ada juga jenis makanan lain yang dapat diberikan kepada bayi yaitu kelapa muda, kurma, air kopi, biskuit, pare dan santan.
Bahan pangan yang mudah ditemukan dan praktis untuk diolah, manjadi salah satu alasan MP-ASI dapat diberikan kepada bayi, dan MP- ASI pun diberikan oleh ibu kepada bayinya dengan alasan supaya bayi lekas tumbuh, produksi ASI dari ibu sedikit, informasi sanak saudara atau keluarga, orang tua pekerja, bayi yang diasuh oleh asisten rumah tangga, bayi rewel, menangis, agar lelap tidur, kebutuhan nutrisi bayipun tidak cukup hanya dengan ASI, asumsi dari pengalaman sebelumnya jika pemberian makan anak 2 bulan dapat hidup sehat, promosi ASI eksklusif sampai 6 bulan belum berjalan optimal (Lily, 2005; Orzy, 2008; Rahmadhanny, 2010).
Alasan – alasan ibu memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan
Gibney tahun 2009 dalam buku “Gizi Kesehatan Masyarakat” berpendapat bahwa banyak kepercayaan dan sikap yang tidak mendasar terkait ibu tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi mereka dalam periode 6 bulan. Alasan tersebut diantaranya adalah:
1) Rasa kekhawatiran si ibu, bahwa ASI yang mereka keluarkan kurang memadai dan mutu yang kurang baik. Hal ini terkait dengan pemberian ASI pertama, kolostrum yang terlihat encer seperti air. Sebaiknya ibu harus mengerti dan faham akan perubahan komposisi ASI saat sang bayi sudah mulai menyusui atau menghisap putting ibu.
2) Teknik menyusui ASI yang kurang tepat. Hal ini akan membuat puting susu ibu menjadi lecet, nyeri, pembengkakan payudara dan mastitis karena bayi kurang mampu menghisap ASI secara optimal. Dengan demikian pemberian ASI pun terhambat. Persepsi yang tidak tepat terkait cairan tambahan selain ASI membuat bayi berisiko diare.
3) Pelayanan kesehatan yang kurang memadai. Salah satunya adalah sarana prasarana rumah sakit seperti ruang rawat gabung yang difasilitasi dapur susu formula akan meningkatkan praktek pemberian MP-ASI predominan kepada bayi yang baru lahir di rumah sakit.
4) Iklan susu formula yang berperan seperti pengganti ASI, membuat anggapan bahwa formula lebih baik daripada ASI, hai ini juga memacu sang ibu untuk memberikan bayi mereka susu formula sedari dini dibandingkan dengan ASI yang seharusnya bayi-bayi itu dapatkan.
Dampak MP-ASI Diberikan Teralu Cepat
Ebrahim, 1986 dalam Hernawati, 2008 berpendapat bahwa pemberian MP-ASI yang terlalu cepat atau terlalu dini, akan memiliki dampak atau resiko. Dalam jangka pendek, pemberian MP-ASI yang terlalu cepat membuat frekuensi dan intensitas pengisapan ASI oleh bayi tidak maksimal, hal ini seiring akan mempengaruhi terhadap penurunan produksi ASI. Kondisi ini membuat persepsi yang terbalik antara MP-ASI dan ASI, yaitu MP-ASI akan berperan sebagai ASI. Padahal makanan bayi yang seharusnya yaitu ASI. Disamping itu, makanan MP-ASI memiliki nilai gizi lebih rendah dari ASI itu sendiri, hal tersebut akan membuat bayi kekurangan zat gizi, seperti zat besi. Sedangkan zat besi merupakan salah satu zat gizi yang penting pada bayi yang baru lahir, karena zat besi pada ASI lebih mudah dicerna. Adapun dampak yang timbul taerkait hal-hal tersebut, diantaranya:
1) Resiko Jangka Pendek
MP-ASI yang diberikan terlalu cepat pada bayi dapat menurunkan nafsu makan bayi untuk menghisap ASI, sehingga frekuensi menyusui berkurang. Pemberian makanan dini seperti pisang nasi di daerah pedesaan di Indonesia sering menyebabkan penyumbatan saluran cerna disebabkan karena strukturnya liat dan tidak bisa dicerna yang disebut phyto bezoar yang dapat menyebabkan kematian.
2) Resiko Jangka Panjang
Resiko jangka panjang yang berkaitan dengan makanan adalah obesitas, hipertensi, arterioklorosis dan alergi makanan. Meyer et.al melaporkan 2-26 % diabetes mellitus disebabkan oleh pemberian susu formula yang terlalu dini.
Sedangkan menurut Suhardjo (1992) pengenalan makanan pada bayi terlalu dini, menyebabkan gangguan pada menyusui, beban ginjal yang berat mengakibatkan hyperosmolitas plasma, alergi terhadap makanan dan gangguan terhadap pengaturan selera makanan. Hal tersebut akan berdampak sebagai berikut:
1) Gangguan penyusuan suatu hubungan sebab akibat antara pengenalan/pemberian makanan tambahan yang dini dan penghentian penyusuan, belum dibuktikan.
2) Beban ginjal menjadi lebih berat Hyperosmolitas, Makanan yang instan mengandung kadar natrium klorida (NaCl) tinggi, hal ini yang akan membuat beban ginjal lebih berat.
3) Bayi yang diberikan MP-ASI terlalu dini memiliki osmolitas plasma yang lebih tinggi dari pada bayi yang 100% mendapat ASI.
4) Alergi terhadap makanan, yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
5) Pemberian MP-ASI terlalu dini menyebabkan banyak terjadinya alergi terhadap makanan pada masa kanak-kanak, ini akibat system saluran cerna yang belum sempurna. Adapun beberapa alergi yang terjadi pada anak, diantaranya yaitu alergi pada susu sapi dapat terjadi sebanyak 7,5?n ada juga alergi makanan lainnya seperti jeruk, tomat, ikan, telur dan serealia.
6) Makanan padat menyebabkan kegemukan pada bayi, hal ini membuat pengaturan makan terganggu. Adapun penelitian yang menunjukkan bahwa bayi yang diberi susu formula memiliki berat badan lebih berat dari pada bayi yang mendapat ASI.
7) Bahan Makanan Tambahan yang kurang baik, mengandung komponen alamiah yang jika diberikan pada waktu dini dapat merugikan, seperti sukrosa. Adapun dampak yang timbul jika gula ini dikonsumsi secara berlebihan, yaitu menyebabkan kebusukan pada gigi.
D. Akibat/ Resiko MP-ASI Diberikan Terlalu Lambat
Bayi yang tidak dikenalkan makanan dalam usia 6 bulan, akan mengalami kesulitan menerima makanan yang dapat dikonsumsi, susu formula yang diberikan pada umur diatas 1 tahun akan menyebakan bayi kekurangan gizi (Albar, 2004). MP-ASI yang diberikan terlambat pun akan menyebabkan dampak-dampak yang kurang baik bagi tumbuh kembang sang bayi, contohnya adalah:
1) Kekurangan nutrisi. Di usia enam bulan ke atas, ASI sudah tidak mencukupi lagi kebutuhan bayi, sehingga harus ditunjang dengan MPASI. Bila pemberiannya terlambat, dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang. Salah satunya gagal tumbuh yang berisiko menyebabkan stunting atau anak pendek. Selain itu dikhawatirkan pula terjadi kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan terjadinya anemia yang berdampak pada kemampuan konsentrasi atau kemampuan belajarnya.
2) Kemampuan oromotor kurang terstimulasi. Oromotor dapat distimulasi dengan mengenalkan MPASI dengan berbagai tekstur atau konsistensi, rasa, dan suhu. Celakanya, bila oromotor tidak terstimulasi dampaknya bisa menyebabkan berbagai kondisi, berikut di antaranya:
- Anak terlalu banyak mengeces/drolling
- Anak mengalami kesukaran mengunyah dan menelan
- Pada sebagian kasus, anak menjadi mengemut makanan dalam waktu lama, sehingga kesehatan mulut mengalami gangguan. Dampak lebih lanjut, gigi anak terancam rusak, pertumbuhan rahang terganggu seperti maloklusi.
Refrensi :
Depkes RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal Tahun 2006. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat; 2006.
Depkes RI. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 224 tahun 2007. 2007; Available from: http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2012/05/SK-MP-ASI.pdf
Gibney, M.J., et al. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Rahmadhanny, Ratih. 2011. Faktor Penyebab Putusnya ASI Ekslusif pada Ibu Menyusui di Puskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir tahun 2011. Universitas Indonesia, Skripsi.
[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. (2010). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
https://lifestyle.kompas.com/read/2012/12/24/08400831/Dampak.Memberikan.MPASI.Terlalu.Dini.atau.Terlambat